Pages

Tuesday, January 29, 2013

Mengatasi Stres Dengan Sehat


Stres selalu dikaitkan dengan kabar buruk. Stres bisa menyebabkan kematian. Stres bisa meningkatkan tingkat molekul inflamasi di dalam tubuh, yang mengubah sel kanker dan memberikan kontribusi untuk arteri kita. Namun apa jadinya jika hormon stres disuntikkan kepada orang sakit?
Hormon stres diketahui bisa menekan sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, yang membuat kita rentan terhadap infeksi. Namun bukti baru baru menunjukkan bahwa stres singkat baik untuk kesehatan, menangkal infeksi, membantu untuk menyembuhkan luka, dan mempercepat pemulihan setelah operasi.
Ada beberapa dugaan bahwa suntikan hormon stres bisa digunakan untuk membantu orang pulih dari penyakit.
Para peneliti di Stanford University di Amerika Serikat, yang telah menyelidiki efek menguntungkan dari kekhawatiran dan tekanan. Mereka mengatakan, suntikan tersebut mungkin akan bermanfaat bagi mereka yang akan menjalani pembedahan atau siapa pun yang melakukan vaksinasi, untuk sistem kekebalan tubuh.
Dalam penelitian tahun 2009, tim Stanford menunjukkan bahwa stres membantu mempercepat pemulihan pascaoperasi. Mereka mempelajari 57 pasien yang menjalani operasi lutut untuk memperbaiki tulang rawan yang rusak pada persendian mereka.
Beberapa hari sebelum operasi, peneliti mengambil sampel darah untuk menghitung jumlah sel kekebalan dalam sistem tubuh di masing-masing pasien. Kemudian, pada pagi hari, mereka mengulangi prosedur hanya beberapa menit sebelum anestesi umum diberikan.
Para peneliti mampu mengidentifikasi pasien yang mengalami peningkatan sel sistem kekebalan tubuhnya sebagai akibat dari yang stres tentang operasi. Dan tahun depannya, mereka memonitor kecepatan pemulihan mereka.
Hasilnya menunjukkan, mereka yang paling stres pulih lebih cepat, memiliki sedikit rasa sakit, fungsi lutut yang lebih baik dan mobilitas yang lebih besar dibandingkan dengan respon stres yang lebih lemah.
Penelitian ini diterbitkan dalam Journal of Bone and Joint Surgery seperti dikutip dari laman Dailymail, Selasa (11/9).
Dan pada penelitian terbaru mereka, tim Stanford berhasil menentukan bagaimana stres meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Para peneliti sering melakukan tes darah pada tikus yang menyebabkan mereka menjadi stres.
Mereka memantau perubahan tingkat darah dari tiga hormon (norepinephrine, epinephrine dan kortisol) yang dilepaskan, ketika otak merasa tubuh mereka berada di bawah ancaman.
Mereka menemukan bahwa ketika tikus stres, otak segera memerintahkan agar melepaskan hormon dengan cara tertentu, pertama kali norepinefrin, kemudian epinefrin, dan terakhir kortisol.
Setiap hormon tampaknya memiliki peran khusus dalam melawan penyakit. Norepinefrin, misalnya, memiliki tugas memobilisasi sel ke dalam aliran darah.
Epinefrin, bertanggung jawab mengirimkan mereka ke kulit untuk bertindak sebagai perlindungan dalam kasus cedera.
Respon hormon-hormon ini, mengumpulkan sel-sel pelindung di daerah paling berisiko terkena serangan.
Namun stres bisa bermanfaat hanya untuk yang menderita stres sesaat. Stres kronis dalam jangka panjang menunjukkan bisa menekan sistem kekebalan tubuh dengan menurunkan kadar sel darah putih, yang merupakan bagian penting dari pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Profesor Dhabhar menjelaskan, bukti ini menunjukkan bahwa stres jangka pendek dapat meningkatkan pertahanan kekebalan seperti dalam vaksinasi atau operasi.
"Kuncinya adalah bahwa stres benar-benar harus jangka pendekt, yang berlangsung hanya satu menit atau jam".
Profesor Dhabhar dan timnya berencana melanjutkan penelitian dengan menyuntik hormon stres dosis rendah kepada pasien sebelum menjalani operasi.
"Jika ini berhasil, bisa diterapkan, metode yang relatif murah untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh," katanya

No comments:

Post a Comment