Pages

Friday, June 21, 2013

Aplikasi Teori-Teori Konseling

Pengantar
Aplikasi teori-teori konseling pada praktek konseling keluarga adalah suatu keharusan. Sebenarnya setiap teori konseling ada praktek untuk konseling individual. Akan tetapi sering konselor mengalami kesulitan dalam aplikasi tersebut dengan single theory, karena perilaku manusia tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja. Jadi harus disorot dari segala arah. Karena itu menggunakan multi theory adalah hal yang wajar dalam mempelajari atau mengamati perilaku manusia, terutama dalam praktek konseling.

Aplikasi Teori Motivasi Maslow dalam Model Pembelajaran Berbasis Psikologi

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
  • Membentuk kebiasaan belajar yang baik
  • Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
  • Menggunakan metode yang bervariasi, dan
  • Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-didiknya. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah:
  1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
  2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat: jelas, jujur dan positif.
  3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
  4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
  5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
  6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
  7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
  8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Thursday, June 13, 2013

FAKULTAS PSIKOLOGI UNMER MALANG



Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas terciptanya web Fakultas Psikologi Univ. Merdeka Malang ini berkat kerja keras dan bantuan berbagai pihak. Web ini diciptakan untuk memudahkan sharing info tentang Fak. Psikologi Unmer Malang ke berbagai pihak yang peduli dan ingin mengenal lebih jauh tentang Fakultas ini.

Tuesday, June 11, 2013

Gender (psikoanalisa)

     
 Freud menekankan bahwa lanjutan kritis dari drama psikoseksual yang tengah berlangsung adalah penyelesaian sang anak atas apa yang disebut sebagai kompleks oedipus dan kastrasi. Laki-laki memiliki penis dan perempuan tidak memiliki penis, mempengaruhi cara laki-laki dan perempuan meneruskan penyelesaian kompleks pada tahapan falik.
          Psikoanalisis & Gender percaya bahwa penjelasan fundamental atas cara bertindak perempuan berakar dalam psike perempuan, terutama dalam cara pikir perempuan. Berdasarkan konsep Freud, seperti tahapan oedipal dan kompleks oedipus, mereka mengklaim bahwa ketidaksetaraan gender berakar dari rangkaian pengalaman pada masa kanak-kanak awal mereka, yang mengakibatkan bukan saja cara laki-laki memandang dirinya sebagai maskulin, dan perempuan memandang dirinya sebagai feminin, melainkan juga cara masyarakat memandang bahwa maskulinitas adalah lebih baik daripada femininitas. Feminis psikoanalisis merekomendasikan bahwa kita harus bergerak maju menuju masyarakat androgin, yang di dalam masyarakat ini manusia yang seutuhnya merupakan campuran sifat-sifat positif feminin dan maskulin.
      Menurut Freud, anak-anak mengalami tahapan perkembangan psikoseksual yang jelas; dan gender dari setiap orang dewasa adalah hasil dari bagaimana ia mengatasi tahapan ini. Maskulinitas dan femininitas, dengan perkataan lain, adalah produk dari pendewasaan seksual. Dalam buku Three Contributions to the Theory of Sexuality, Freud mendiskusikan tahapan seksual pada masa bayi. Freud berargumentasi bahwa anak-anak sama sekali bukan manusia tanpa ketertarikan seksual. Ia mengklaim bahwa seksualitas anak-anak adalah “penyimpangan polimorfus”, bagi anak-anak, keseluruhan tubuh mereka, terutama lubang-lubang di dalam tubuhnya dan anggota tubuhnya, adalah ranah seksual. Anak-anak berkembang dari tipe seksualitas “yang menyimpang” menjadi seksualitas genital heteroseksual yang “normal” melalui beberapa tahapan, yaitu oral, anal, falik, latensi, dan genital.
      Feminis gender cenderung berpendapat bahwa mungkin memang ada perbedaan biologis dan juga perbedaan psikologis, atau penjelasan kultural atas maskulinitas laki-laki dan femininitas perempuan. Mereka menekankan bahwa nilai-nilai yang secara tradisional dihubungkan dengan perempuan (kelembutan, kesederhanaan, rasa malu, sifat mendukung, empati, kepedulian, kehati-hatian, sifat merawat, intuisi, sensitivitas, dan ketidakegoisan) secara moral lebih baik daripada kelebihan nilai-nilai yang secara tradisional dihubungkan dengan laki-laki (kekerasan hati, ambisi, keberanian, kemandirian, ketegasan, ketahanan fisik, rasionalitas, dan kendali emosi). Feminis gender menyimpulkan bahwa perempuan harus berpegang teguh pada femininitas, dan laki-laki harus melepaskan bentuk ekstrim dari maskulinitas. Etika kepedulian (ethics of care) feminis harus menggantikan etika keadilan (ethics of justice) maskulin.

“Psikoanalisis memberi pokok pikiran bahwa identitas gender & perilaku individu berasal dari pengalaman-pengalaman sebelumnya untuk memahami identitas gender dari tiap individu sebagai orang dewasa atau usia manapun dilihat dari sejara kehidupannya. Biasanya anak-anak beridentifikasi secara kuat dengan orang tua yang sama jenisnya , dan identifikasi ini merupakan kekuatan penting dalam perkembangan gender ”

Social Learning & Gender

“Social Learning theory assumes that boys and girls learn gender role through modeling and imitation of the same sex parent as well as reinforcement for “appropriate” sex role behavior and punishment for “inappropriate” sex role behavior ”
      Teori belajar sosial merumuskan hipotesis bagaimana kondisi lingkungan mempengaruhi perilaku sosial dan kesadaran sosial. Ahli-ahli teori belajar ini percaya bahwa  sex-typed behaviour dipelajari melalui dua proses utama yaitu pengkondisian perangkat dan observasi atau belajar observasional. Pengkondisian merupakan reinforcement  (pujian atau hukuman) yang diberikan terhadap suatu perilaku. Pengkondisian semacam ini melahirkan pemahaman anak terhadap  gender appropriate behavior  dan  gender unappropriate behavior. Belajar observasional merupakan proses pencapaian pola baru dari perilaku dengan cara melihat apa yang dilakukan orang lain terhadap mereka
      Teori Belajar Sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu lain yang menjadi model. Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling (peniruan).
      Pembentukan gender disini merupakan hasil dari social learning yang di lakukan oleh anak. Orang tua, lingkungan social dan media masa lah yang membentuk steoreotip gender itu sendiri.
      Teori belajar sosial menunjuk pada adanya kontinum ‘ nature – nurture’ melihat perbedaan dan peran gender sebagai hasil dari lingkungan sosial. Skema gender juga menekankan aspek kognitif dari ‘gender- typing’ dan interkasi antara struktur pemahaman pengetahuan individu dan informasi yang masuk dari lingkungan sekitar. Pada teori belajar sosial kelekatan parental terjadi lebih dahulu kemudian mengarah pada identifikasi dan akhirnya pada terbentuknya identitas gender. Fakta menunjukan bahwa biasanya anak- anak beridentifikasi secara kuat dengan orangtua yang sama jenisnya, dan identifikasi ini merupakan kekuatan penting dalam perkembangan gender. Teori social lerning penting dalam penekanannya pada komponen sosial dan cultural dari perkembangan peran gender- pentingnya peran masyarakat dalam membentuk perilaku yang ‘gender-type’→ pria dan wanita di perlakukan secara berbeda.

“Social Learning memiliki penekanan pada komponen-komponen sosial & cultural dari perkembangan peran gender-pentingnya peranan masyarakat dalam membentuk perilaku yang Gender-Typed yang dimana wanita diperlakukan secara berbeda. Reinforcement diberikan untuk bentuk bentuk perilaku anak-anak, sedangkan imitasi berorientasi pada perolehan peran gender. Perilaku kongkrit dari orang tua mungkin lebih berperan daripada dukungan verbal atau ucapanya”

Perkembangan kognitif & Gender

“Between the ages of 3 & 6, the child develops gender constanty, the idea that gender is fixed and unchanging. Experimental research demonstrates that cognitive classification skill affect gender streotyping  ”

      Teori Perkembangan Kognitif berpandangan bahwa anak menjadi partisipan dalam proses perkembangannya sendiri, artinya secara aktif anak berusaha untuk memperoleh pengetahuan atau informasi tentang peran gender dan kemudian memonitor perilakunya sendiri sesuai dengan norma peran gender yang berlaku. Proses aktif ini menjadi dasar bagi penciptaan stereotip dan naskah peran gender, yang selanjutnya menjadi kerangka kerja untuk mengintepretasikan apa yang dilihatnya dan untuk memprediksi perilaku di masa mendatang.

“Teori Perkembangan Kognitif menekankan bahwa pembelajaran peran gender adalah bagian dari proses belajar yang rasional pada masa kanak-kanak”

Teori Skema Gender

“Gender schma theory develop that are used to process information about the social world. Boys and girls guide their own behavior according to expectations implicit in gender schemas”

      Teori skema gender menyatakan bahwa anak-anak memiliki kesiapan umum untuk mengorganisasikan informasi tentang self atas dasar definisi budaya pada atribut laki-laki dan perempuan yang sesuai.
      Dengan bertambah dewasanya anak, tipe jenis kelamin (sex typing) terjadi ketika mereka memahami stereotip “tepat” yang berhubungan dengan kelaki-lakian dan kepermpuanan dalam budaya mereka. Hal penting dari apa yang dipelajari anak tentang gender adalah berdasarkan observasi terhadap orang tua mereka dan mencoba menjadi seperti mereka.

“Teori Skema Gender menjelaskan penekanan aspek kognisi atau proses intelektual yang mendasari ‘gender typing’, yang dimana dijelaskan sejauh mana anak memproses informasi dalam kaitan dengan gender dan mengubah informasi yang tidak konsisten dengan harapan ‘gender typed’ anak tersebut”

TERIMA KASIH

Sumber:

Pengaruh Musik pada Anak

     
 Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada "miring". Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik.

        Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, "Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia".

        Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.

      "Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony", demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam suatu ceramah musik. "Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh". Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih ingat dengan "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. "Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony", ujar Ev. Andreas Christanday.

       Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.

      Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia.

     Wulaningrum Wibisono, S.Psi mengatakan, "Jikalau Anda merasakan hari ini begitu berat, coba periksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum mendengarkan musik dan bernyanyi".


KENAKALAN REMAJA


Ada seorang Ibu yang tinggal di Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar dan menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan-pun ikut diserang ?


Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para remaja banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas ? Apa yang salah dari semua ini ?

Seperti yang sudah diulas dalam artikel lain di situs ini, remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
  1. Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
  2. Masa pubertas (14 - 16 tahun)
  3. Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
  4. Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)

PUBER KE DUA

          

Istilah "puber" berasal dari kata "pubes" yang artinya rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan. Kondisi ini dialami oleh anak berusia belasan tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Puber kedua adalah kondisi dimana terdapat kesamaan perilaku seperti yang dialami anak-anak yang memasuki masa puber, seperti lebih memperhatikan penampilan, lebih memperhatikan lawan jenis, dan sebagainya.



         Puber kedua dialami oleh pria maupun wanita yang memasuki usia 40 tahun ke atas. Gejala yang timbul pada pria saat memasuki puber kedua adalah : 
  1. Enggan tampil tua. Mereka mulai memperhatikan penampilannya maupun keindahan tubuhnya. Rambutnya disemir ala anak muda, bergaya gaul, memodifikasi mobilnya menjadi ceper, dan sebagainya.
  2. Mereka juga mulai senang kembali berpetualang. Mulai dari dari naik motor jarak jauh, sampai keluar masuk diskotek.
  3. Produktivitas hidup meningkat. Banyak ditemui bahwa mereka semakin mahir bernegosiasi, semakin maju bisnisnya, maupun semakin memukau karirnya.

        Sedangkan pada wanita, gejala yang muncul adalah :
  1. Terganggu atau berhentinya proses menstruasi (terjadi menopause). Hal ini terjadi karena gonadotrop tidak diproduksi lagi oleh kelenjar hypophysc. Efek yang terjadi adalah pusing, lesu, dan kurang bergairah. Akibatnya kestabilan emosi sering terganggu.
  2. Timbunan lemak menyusut sehingga kulit mulai keriput, bahkan buah dada mulai berubah bentuk. Rambutpun mulai memutih. Keadaan ini akan berpengaruh pada kejiwaannya. Apalagi jika suami memandang hal itu sebagai suatu kemunduran.

       Setiap orang akan mengalami fase puber kedua ini. Karena itu perlu persiapan yang cukup matang untuk memasuki fase krisis ini. Di sinilah komitmen perkawinan kembali teruji. Komunikasi dan pengertian memegang peran yang sangat penting bagi pasangan yang mulai memasuki masa puber kedua ini. Kondisi yang berbeda antara suami dan istri sering kali memicu konflik di antara mereka berdua. Suami semakin bersemangat dalam banyak hal, sedangkan istri semakin lesu dan kurang bergairah. Bila terjadi komunikasi yang baik di antara pasangan yang memasuki masa ini, maka masalah krisis kedua ini akan dapat diselesaikan dengan baik.

        Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melewati masa puber kedua dengan baik adalah:
  1. Bertamasya berdua tanpa diganggu oleh kehadiran anak
  2. Memberikan kejutan seperti candle light dinner, membelikan barang yang sedang diinginkan pasangan, dan sebagainya
  3. Membuka kembali album foto kenangan bersama-sama
  4. Menonton bioskop berdua saja
  5. Dan sebagainya


Dengan demikian diharapkan pasangan yang memasuki masa puber kedua dapat melewatinya dengan baik dan memasuki usia senja dengan bahagia.

KENAPA CINTA TERLARANG LEBIH NIKMAT???


Kita semua pernah merasakan jatuh cinta. Ada cinta monyet waktu kita kecil. Ada cinta main-main semasa sekolah. Ada juga cinta serius ketika kita beranjak dewasa. Kita telah mengalami berbagai jenis cinta, tapi bagaimana dengan cinta terlarang?
Bagi yang pernah mengalami, tentu merasa cinta jenis ini lebih spesial. Cinta terlarang biasanya terjadi saat hubungan kita ditentang oleh orangtua, teman atau masyarakat. Ironisnya, semakin ortu melarang hubungan tersebut, semakin keras usaha kita untuk melanjutkan hubungan. Fenomena ini dikenal sebagai efek Romeo dan Juliet.


        Romeo dan Juliet adalah sepasang kekasih yang berasal dari dua keluarga yang saling bermusuhan. Walaupun mereka berdua saling mencintai, tapi hubungan mereka ditentang habis-habisan oleh keluarga mereka. Walau demikian Romeo dan Juliet tetap menjalin hubungan secara diam-diam. Kisah ini berakhir tragis ketika Romeo menelan racun dan Juliet bunuh diri, di mana akhirnya cinta mereka disatukan oleh maut.

       Seandainya keluarga mereka rukun dan hubungan mereka direstui, mungkin rasa cinta yang timbul antara Romeo dan Juliet tidak akan sebesar itu. Hal ini bisa dijelaskan secara psikologis. Sebagai manusia, kita ingin menjadi pribadi yang independen. Bebas menentukan pilihan sesuai keinginan  sendiri. Kita tidak ingin dikendalikan oleh orang lain. Maka ketika “kebebasan” tersebut terancam, kita akan berusaha merebut kembali agar kita merasa sebagai individu yang autonom, bebas menentukan pilihan.

        Dalam kasus asmara, larangan dari pihak lain merupakan ancaman terhadap “kebebasan” kita. Akibatnya kita berontak. Kita ingin merasa bahwa kita memegang kendali. Semakin ortu menentang, berarti semakin besar ancaman dan akibatnya semakin besar usaha kita untuk merebut kebebasan — dengan cara melanjutkan “hubungan terlarang” dengan si dia. Ketika kita melakukan ini, kita merasa makin sayang dengan pasangan. Ini merupakan suatu siklus:

  1. Ortu menentang.
  2. Akibatnya kita merasa dikekang, merasa kebebasan kita direnggut.
  3. Kita ingin merasa independen. Jadi apa yang harus kita lakukan?
  4. Berikan kasih sayang lebih pada sang kekasih; tunjukkan ke ortu bahwa mereka tidak dapat merebut kebebasan kita.
  5. Dengan tindakan “memberi kasih sayang lebih” tersebut, secara tak sadar perasaan kita pada pacar makin kuat.
  6. Kembali ke tahap (1)
Nah, itulah sebabnya cinta terlarang terasa lebih nikmat. Lebih terasa.
Ada yang mau sharing?


Sumber: http://psikologi.com/