Psikoanalisis & Gender percaya bahwa penjelasan fundamental
atas cara bertindak perempuan berakar dalam psike perempuan, terutama dalam
cara pikir perempuan. Berdasarkan konsep Freud, seperti tahapan oedipal dan
kompleks oedipus, mereka mengklaim bahwa ketidaksetaraan gender berakar dari
rangkaian pengalaman pada masa kanak-kanak awal mereka, yang mengakibatkan
bukan saja cara laki-laki memandang dirinya sebagai maskulin, dan perempuan
memandang dirinya sebagai feminin, melainkan juga cara masyarakat memandang
bahwa maskulinitas adalah lebih baik daripada femininitas. Feminis
psikoanalisis merekomendasikan bahwa kita harus bergerak maju menuju masyarakat
androgin, yang di dalam masyarakat ini manusia yang seutuhnya merupakan
campuran sifat-sifat positif feminin dan maskulin.
Menurut Freud, anak-anak
mengalami tahapan perkembangan psikoseksual yang jelas; dan gender dari setiap
orang dewasa adalah hasil dari bagaimana ia mengatasi tahapan ini. Maskulinitas
dan femininitas, dengan perkataan lain, adalah produk dari pendewasaan seksual.
Dalam buku Three Contributions to the Theory of Sexuality, Freud
mendiskusikan tahapan seksual pada masa bayi. Freud berargumentasi bahwa
anak-anak sama sekali bukan manusia tanpa ketertarikan seksual. Ia mengklaim
bahwa seksualitas anak-anak adalah “penyimpangan polimorfus”, bagi anak-anak,
keseluruhan tubuh mereka, terutama lubang-lubang di dalam tubuhnya dan anggota
tubuhnya, adalah ranah seksual. Anak-anak berkembang dari tipe seksualitas
“yang menyimpang” menjadi seksualitas genital heteroseksual yang “normal”
melalui beberapa tahapan, yaitu oral, anal, falik, latensi, dan genital.
Feminis gender cenderung
berpendapat bahwa mungkin memang ada perbedaan biologis dan juga perbedaan
psikologis, atau penjelasan kultural atas maskulinitas laki-laki dan
femininitas perempuan. Mereka menekankan bahwa nilai-nilai yang secara
tradisional dihubungkan dengan perempuan (kelembutan, kesederhanaan, rasa malu,
sifat mendukung, empati, kepedulian, kehati-hatian, sifat merawat, intuisi,
sensitivitas, dan ketidakegoisan) secara moral lebih baik daripada kelebihan
nilai-nilai yang secara tradisional dihubungkan dengan laki-laki (kekerasan
hati, ambisi, keberanian, kemandirian, ketegasan, ketahanan fisik,
rasionalitas, dan kendali emosi). Feminis gender menyimpulkan bahwa perempuan
harus berpegang teguh pada femininitas, dan laki-laki harus melepaskan bentuk
ekstrim dari maskulinitas. Etika kepedulian (ethics of care) feminis harus
menggantikan etika keadilan (ethics of justice) maskulin.
“Psikoanalisis memberi pokok pikiran bahwa identitas gender
& perilaku individu berasal dari pengalaman-pengalaman sebelumnya untuk
memahami identitas gender dari tiap individu sebagai orang dewasa atau usia
manapun dilihat dari sejara kehidupannya. Biasanya anak-anak beridentifikasi
secara kuat dengan orang tua yang sama jenisnya , dan identifikasi ini
merupakan kekuatan penting dalam perkembangan gender ”
Social Learning & Gender
“Social Learning theory assumes that boys and girls learn
gender role through modeling and imitation of the same sex parent as well as
reinforcement for “appropriate” sex role behavior and punishment for
“inappropriate” sex role behavior ”
Teori belajar sosial
merumuskan hipotesis bagaimana kondisi lingkungan mempengaruhi perilaku sosial
dan kesadaran sosial. Ahli-ahli teori belajar ini percaya bahwa sex-typed
behaviour dipelajari melalui dua proses utama yaitu pengkondisian
perangkat dan observasi atau belajar observasional. Pengkondisian merupakan reinforcement (pujian
atau hukuman) yang diberikan terhadap suatu perilaku. Pengkondisian semacam ini
melahirkan pemahaman anak terhadap gender appropriate behavior
dan gender unappropriate behavior. Belajar observasional merupakan
proses pencapaian pola baru dari perilaku dengan cara melihat apa yang
dilakukan orang lain terhadap mereka
Teori Belajar Sosial (Social
Learning) oleh Bandura menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan dan
memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori
ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar
melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu
lain yang menjadi model. Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana
kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan, di mana orang
belajar melalui observasi atau pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama
pemimpin atau orang yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya.
Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling (peniruan).
Pembentukan gender disini merupakan hasil dari social learning yang di lakukan oleh anak. Orang tua, lingkungan social dan media masa lah yang membentuk steoreotip gender itu sendiri.
Pembentukan gender disini merupakan hasil dari social learning yang di lakukan oleh anak. Orang tua, lingkungan social dan media masa lah yang membentuk steoreotip gender itu sendiri.
Teori belajar sosial menunjuk
pada adanya kontinum ‘ nature – nurture’ melihat perbedaan dan peran gender
sebagai hasil dari lingkungan sosial. Skema gender juga menekankan aspek
kognitif dari ‘gender- typing’ dan interkasi antara struktur
pemahaman pengetahuan individu dan informasi yang masuk dari lingkungan
sekitar. Pada teori belajar sosial kelekatan parental terjadi lebih dahulu
kemudian mengarah pada identifikasi dan akhirnya pada terbentuknya identitas
gender. Fakta menunjukan bahwa biasanya anak- anak beridentifikasi secara kuat
dengan orangtua yang sama jenisnya, dan identifikasi ini merupakan kekuatan
penting dalam perkembangan gender. Teori social lerning penting dalam
penekanannya pada komponen sosial dan cultural dari perkembangan peran gender-
pentingnya peran masyarakat dalam membentuk perilaku yang ‘gender-type’→ pria
dan wanita di perlakukan secara berbeda.
“Social Learning memiliki penekanan pada komponen-komponen
sosial & cultural dari perkembangan peran gender-pentingnya peranan
masyarakat dalam membentuk perilaku yang Gender-Typed yang dimana wanita
diperlakukan secara berbeda. Reinforcement diberikan untuk bentuk bentuk
perilaku anak-anak, sedangkan imitasi berorientasi pada perolehan peran gender.
Perilaku kongkrit dari orang tua mungkin lebih berperan daripada dukungan
verbal atau ucapanya”
Perkembangan kognitif & Gender
“Between the ages of 3 & 6, the child develops gender
constanty, the idea that gender is fixed and unchanging. Experimental research
demonstrates that cognitive classification skill affect gender streotyping
”
Teori Perkembangan Kognitif
berpandangan bahwa anak menjadi partisipan dalam proses perkembangannya
sendiri, artinya secara aktif anak berusaha untuk memperoleh pengetahuan atau
informasi tentang peran gender dan kemudian memonitor perilakunya sendiri
sesuai dengan norma peran gender yang berlaku. Proses aktif ini menjadi dasar
bagi penciptaan stereotip dan naskah peran gender, yang selanjutnya menjadi
kerangka kerja untuk mengintepretasikan apa yang dilihatnya dan untuk
memprediksi perilaku di masa mendatang.
“Teori Perkembangan Kognitif menekankan bahwa pembelajaran
peran gender adalah bagian dari proses belajar yang rasional pada masa
kanak-kanak”
Teori Skema Gender
“Gender schma theory develop that are used to process
information about the social world. Boys and girls guide their own behavior
according to expectations implicit in gender schemas”
Teori skema gender menyatakan
bahwa anak-anak memiliki kesiapan umum untuk mengorganisasikan informasi
tentang self atas dasar definisi budaya pada atribut laki-laki dan perempuan
yang sesuai.
Dengan bertambah dewasanya
anak, tipe jenis kelamin (sex typing) terjadi ketika mereka memahami stereotip
“tepat” yang berhubungan dengan kelaki-lakian dan kepermpuanan dalam budaya
mereka. Hal penting dari apa yang dipelajari anak tentang gender adalah
berdasarkan observasi terhadap orang tua mereka dan mencoba menjadi seperti
mereka.
“Teori Skema Gender menjelaskan penekanan aspek kognisi atau
proses intelektual yang mendasari ‘gender typing’, yang dimana dijelaskan
sejauh mana anak memproses informasi dalam kaitan dengan gender dan mengubah
informasi yang tidak konsisten dengan harapan ‘gender typed’ anak tersebut”
TERIMA KASIH
Sumber:
No comments:
Post a Comment